Memiliki anak yang berprestasi tentu menjadi dambaan bagi
orang tua. Apalagi memiliki anak – anak berprestasi sejak kecil. Hal tersebut
dapat terwujud apabila prestasi tidak hanya menjadi cita-cita dan usaha orang
tua, namun juga menjadi impian dan kerja keras anak sendiri. Bagaimana anak
memiliki impian dan usaha berprestasi? Ternyata ada hubungan antara tanggung
jawab, mandiri dan prestasi anak.
Kemandirian pada anak meliputi 3 aspek, yaitu kemandirian
emosi, bertindak, dan nilai. Anak yang mandiri secara emosi mampu memahami
bahwa tidak ada orang yang sempurna termasuk orang tua mereka, sehingga mereka
tidak lagi bergantung pada orang tua. Anak mampu menunda keinginan untuk
meminta dukungan emosional dari sekitarnya, dan muncul perilaku tanggung jawab
atas kemampuan melihat perbedaan pandangan dengan orang tua. Anak mandiri dalam
berperilaku dapat menentukan dan memutuskan suatu pilihan, menyadari resikonya,
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, dan memilih alternatif pemecahan
masalah atas pertimbangan sendiri. Mereka memiliki kekuatan untuk tidak mudah
terpengaruh oleh tekanan, dan memiliki rasa percaya diri. Kemandirian nilai
pada anak ditunjukkan dengan menyakini nilai-nilai yang abstrak dan bertingkah
laku sesuai hal yang ia yakini.
Berdasarkan aspek-aspek di atas, kemandirian menimbulkan
motivasi diri yang akan mempercepat perkembangan otaknya dan kepercayaandiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ditunjukkan dengan mampu mengekspresikan
diri dengan luwes tanpa malu – malu. Mereka memahami akan kemampuan dan
kelebihan yang dimiliki.
Kemandirian anak tidak datang dengan sendirinya, tetapi
perlu dilatih. Melatih kemandirian hingga anak menjadi bertanggungjawab dan
berprestasi memerlukan kesabaran orang tua. Anak usia pra sekolah ternyata
sudah memiliki keinginan untuk mandiri. Bersabar menunggui anak mencoba memakai
sepatu adalah lebih baik dari pada sekedar memakaikannya. Orang tua perlu
menolong pada saat anak membutuhkan bantuan. Hal tersebut dapat melatih anak
mandiri dan menghindarkan dari kegagalan yang konstan.
Anak usia dini sudah bisa dilatih tanggung jawab. Mulai dari
mencuci tangan sebelum makan, mengembalikan gelas atau tempat makan ke dapur
setelah selesai makan tentu saja berikan peralatan yang tidak mudah pecah,
meletakkan pakaian kotor ke tempat cuci, dan merapikan mainannya. Kesempatan
seperti ini membuat anak antusias dan mengasah inisiatif ketika mereka memasuki
usia sekolah.
Memberikan pilihan kegiatan yang anak sukai di waktu luang
setelah jam sekolah juga perlu. Hal tersebut menimbulkan inisiatif untuk
melakukan tugas lain secara mandiri di masa depan. Orang tua tentu boleh
memberikan masukan.
Merayakan bersama keberhasilan anak sangat diperlukan
mengingat anak perlu merasa berhasil melakukan sesuatu. Mulai memberikan pujian
atas pencapaiannya, makan es krim favorit, membeli buku kesukaan atau memberi
uang sebagai reward. Perlu diingat bahwa
orang tua harus menahan diri untuk memberikan hal lebih tanpa usaha. Orang tua
dapat mengajarkan bahwa uang dan nilai – nilai lain dapat diperoleh dengan
usaha, sehingga anak mengetahui tanggung jawab atas pemberian yang diterimanya
dan timbul rasa terima kasih.
Anak usia sekolah yang terbiasa memiliki rutinitas dan
tanggung jawab tertentu di rumah akan mampu dan terbiasa disiplin. Mereka lebih
mudah mengelola waktu dalam mengerjakan
tugas – tugas belajarnya dan lebih bertanggung jawab, sehingga memunculkan
prestasi seperti yang kita dambakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar